Pertanian Alami dan Pertanian Organik
Pemahaman Tentang Pertanian Alami dan Pertanian Organik
Seringkali terdapat pemahaman yang keliru tentang “Pertanian Alami” dan “Pertanian Organik”. Kedua istilah tesebut praktek sering dianggap sama. Akan tetapi beberapa pendapat di bawah ini membuat lebih jelas. Fukuoka (1985) mengemukakan empat langkah menuju pertanian alami, dan menjelaskan prinsip pertanian alami :
1. Tanpa olah tanah. Tanah tanpa diolah atau dibalik. Pada prinsipnya tanah mengolah sendiri, baik mengangkut memasuknya perakaran tanaman maupun kegiatan mi¬krobia tanah, mikro fauna dan cacing tanah.
2. Tidak digunakan sama sekali pupuk kimia maupun kompos. Tanah dibiarkan begitu saja, dan tanah dengan sendirinya akan memelihara kesuburannya. Hal ini mengacu pada proses daur-ulang tanaman dan hewan yang terjadi di bawah tegakan hutan.
3. Tidak dilakukan pemberantasan gulma baik melalui pengolahan tanah maupun penggunaan herbisida. Pemakaian mulsa jerami, tamanan penutup tanah maupun penggenangan sewaktu-waktu akan membatasi dan menekan pertumbuhan gulma.
4. Sama sekali tidak tergantung pada bahan kimia. Sinar matahari, hujan dan tanah merupakan kekuatan alam yang secara langsung akan mengatur keseimbangan kehidupan alami.
Menurut MOA Internasional yang diprakarsai oleh Mokichi Okada (1881-1955) pada bulan Januari 1935, kemudian berkembang di 23 Negara dengan anggota lebih dari 1 juta orang. Organisasi ini bertujuan memberikan pendidikan/pelatihan keada petani dalam menghasilkan makanan organik melalui pertanian alami. Pemasarannya dilaksanakan melalui toko khusus makanan organik MOA.
Dengan demikian pertanian alami mempunyai tanggung jawab yang tinggi terhadap bumi yang kita tempati. Pertanian alami terbebas dari penggunaan pupuk kimia atau bahan agrokimia yang lain. Sistem ini berkembang dengan mengandalkan kekuatan alam yang terdiri atas sumber daya matahari, air, bahan tanaman untuk kompos—pertanian alami bersifat harmonis dengan kondisi ekologi.
Istilah pertanian organik menghimpun seluruh imajinasi petani dan konsumen yang secara serius dan bertanggung jawab menghindarkan bahan kimia dan pupuk yang bersifat meracuni lingkungan dengan tujuan untuk memperoleh kondisi lingkungan yang sehat. Mereka juga berusaha untuk menghasilkan produksi tanaman yang berkelanjutan dengan cara memperbaiki kesuburan tanah menggunakan sumber daya alami seperti mendaur-ulang limbah pertanian. Dengan demikian pertanian organik merupakan gerakan “kembali ke alam”.
Pertanian berkelanjutan dengan masukan teknologi rendah (LISA) adalah membatasi ketergantungan pada pupuk anorganik dan bahan kimia pertanian lainnya. Gulma, penyakit dan hama tanaman dikelola melalui pergiliran tanaman, pertanian campuran, bioherbisida, insektisida organik yang dikombinasikan dengan pengelolaan tanaman yang baik. Kesalahan persepsi yang sekarang berkembang bahwa apabila kita tidak melaksanakan pertanian modern, maka kita dianggap kembali pada pertanian tradisional dan tanaman yang kita produksi akan turun drastis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa apabila pertanian organik dilaksanakan dengan baik dengan cepat memulihkan tanah yang sakit akibat penggunaan bahan kimia pertanian. Hal ini terjadi apabila fauna tanah dan mikroorganisme yang bermanfaat dipulihkan kehidupannya, dan kualitas tanah ditingkatkan dengan pemberian bahan organik karena akan terjadi perubahan sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Tahap pertama produksi dan konservasi biomassa adalah memobilisasi bahan organik.
Melalui proses pengomposan aerob, menggunakan bahan dasar biomassa, sisa petanaman, dan kotoran ternak, maka kualitas dan kuantitas kompos dapat ditingkatkan. Metode pengomposan yang sesuai dan waktu pemanfaat bahan organik perlu diperhatikan, demikian juga inokulan mikrobia yang sesuai. Inokulan komposit untuk proses pengomposan dan inokulan rhizobium dan bakteri pelarut fosfat digunakan sehingga pertumbuhan tanaman legum lebih efektif.
Dalam melaksanakan pertanian organik perlu menyertakan tanaman legum dalam pergiliran tanaman, meningkatkan kemampuan tanaman legum dalam menambat nitrogen, dan penggunaan pupuk hijau: rumput, gulma untuk bahan kompos sejauh limbah pertanaman dan limbah ternak selalu dimonitor.
Catra kedua dihindarkan penggunaan bahan kimia dalam pertanian organik adalah untuk mencari metode alternatif mengendalikan gulma, penyakit dan hama. Selain mengendalikan secara mekanis dengan mencabut gulma dan mengembalikannya diantara barisan tanaman, pergiliran dan pengendalian secara biologis perlu diadaptasikan. Kurang lebih terdapat 70 jenis tanaman yang ada di USA untuk mengendalikan gulma.
Patogen dapat dikendalikan tanpa menggunakan bahan kimia. Di antara metode yang tersedia, baik persilangan multigenetik dan varietas spesifik, cara pertanaman termasuk rotasi, mengubah pH, sanitasi, penyesuaikan waktu tanam dan pemanenan, pemberoan tanah dan pengendalian hayati telah dicoba untuk dilaksanakan. Bahkan nematoda dapat dikendalikan melalui metode yang disebutkan di atas.
Hama tanaman dapat dikendalikan dengan menggunakan beberapa metode selain penggunaan bahan kimia pertanian. Keragaman ekosistem dapat dikembangkan melalui pergiliran tanaman. Pengolahan tanah dan cara-cara budi daya yang lain dan penggunaan spesies yang eksoktik dapat digunakan untuk mengendalikan hama. Pemanfaatan insekta steril dan insekta feromon untuk mengendalikan hama makin populer. Semua metode ini berdasarkan pada strategi ekologis dalam mengendalikan hama, dengan demikian memperhatikan faktor mortalitas, musuh alam, iklim, dan pengelolaan tanaman.
Pertanian organik cenderung melindungi tanah dari kerusakan akibat erosi. Berkenaan dengan hal ini, sedikit saja tanah yang rusak akibat pengolahan yang dalam. Kelengasan tanah dipertahankan dengan menggunakan mulsa dan tanaman penutup tanah. Semua ini hanya mungkin dilakukan di kebun atau pekarangan, tetapi kurang berfungsi di sawah atau ladang.
Penambangan hara dari bagian tanah di bawah permukaan dapat terjadi dengan cara melaksanakan pertanaman campuran hutan-padang rumput (silvo-pature), hutantani dan agrihortikultur. Seresah dedaunan yang berasal dari tanaman yang lebih tinggi menyebabkan terjadinya keseimbangan hara apabila digunakan sebagai mulsa atau dicampur langsung dengan tanah lapisan olah.
Ternak ruminansia, perikanan, dan ternak unggas, harus dikembangkan secara teradu sehingga merupakan bagian dari “Pertanian Organik”.
Melalui pengolahan tanah yang baik dapat diketahui kebutuhan hara tanaman serta kondisi lingkungan dan ekologi dapat diperbaiki dan dilindungi tanpa harus tergantung pada pupuk kimia dan pestisida. Dengan demikian konsep “pertanian alami dan organik” dapat diuji dari sudut keamanannya terhadap manusia, hewan, flora dan fauna tanah. Meningkatkan keragaman semua kehidupan tetapi tetap harmonis dengan alam, tanpa harus melakukan eksploitasi sumber daya alam secara berlebihan.
Category: Pertanin Organic
0 komentar