Perkembangan Pertanian Organik
Pertanian Organik berkembang secara cepat terutama di negara-negara Eropa, Amerika, dan Asia timur (Jepang, Korea, Taiwan). Di Asia, terutama di daratan China, Pertanian Organik dilaksanakan sebelum pupuk kimia diperkenalkan secara meluas pada tahun 1960. Sistem ini selama berabad-abad mampu mencukupi kebutuhan pangan penduduk terpadat di dunia yang pada saat ini telah melampaui satu milyar. Petani China dalam mempertahankan dan meningkatkan kesuburan lahan pertanian dengan cara menambahkan endapan lumpur danau atau sungai.
Melalui Program Revolusi Hijau, produksi pangan Dunia meningkat secara dramatis, sehingga mampu mengatasi kerawanan pangan terutama di negara-negara Asia, Afrika, dan Amerika Latih. Penginkatan produksi pangan tidak terlepas dari penggunaan produk teknologi modern seperti benih unggul, pupuk kimia/pabrik, pestisida, herbisida, zat pengatur tumbuh dan pertanaman monokultur. Akan tetapi pada kenyataannya program revolusi hijau hanya dapat berhasil di wilayah dengan sumber daya tanah dan air yang baik, serta infrastruktur mendukung.
Teknologi “Revolusi Hijau” lebih banyak dilaksanakan di lahan persawahan yang mempunyai infrastruktur mendukung.
Menurut pakar ekologi, teknologi modern (Pertanian Tergantung Bahan Kimia) berdasarkan pertimbangan fisik dan ekonomi dianggap berhasil menanggulangi kerawanan pangan, tetapi ternyata harus dibayar mahal dengan makin meningkatnya kerusakan/degradasi yang terjadi di permukaan bumi, seperti desertifikasi, kerusakan hutan, penurunan keragaman hayati, selinitas, penurunan kesuburan tanah, pelonggokan (Accumulation) senyawa kimia di dalam tanah maupun perairan, erosi dan kerusakan lainnya.
Sampai saat ini masih merupakan dilema berkepanjangan antara usaha meningkatkan produksi pangan dengan menggunakan produk agrokimia dan usaha pelestarian lingkungan yang berusaha mengendalikan/membatasi penggunaan bahan-bahan tersebut.
Penggunaan pupuk pabrik dan pestisida yang berlebihan dan tidak terkendali mempunyai dampak yang sama terhadap lingkungan: penggunaannya setiap waktu meningkat, kemangkusannya (efficiency) menurun, dan cenderung berdampak negatif terhadap lingkungan (Sanganatan, 1989).
Pada waktu dunia mengalami krisis energi fosil yang terjadi pada tahun tujuh puluhan, banyak negara industri yang semula sebagai penganjur digunakannya pupuk pabrik maupun racun kimia pemberantas hama, telah berupaya mengembalikan teknologi alternatif. Karena harga energi fosil meningkat dan sumber minyak makin menurun, maka pupuk organik sebagai pupuk alternatif mulai populer kembali setelah cukup lama tidak pernah dimanfaatkan dalam program pemupukan.
Krisis ini juga banyak melanda negara sedang berkembang sehingga mengalami kesulitan dalam memproduksi pupuk maupun mengimpor pupuk yang harganya mahal. Sejak saat itu banyak negara mulai mengganti pupuk pabrik dengan pupuk organik sebagai sumber nutrisi tanaman (FAO, 1990).
Pertanian organik akan banyak memberikan keuntungan ditinjau dari gatra peningkatan kesuburan tanah dan peningkatan produksi tanaman maupun ternak, serta dari gatra lingkungan dalam mempertahankan keseimbangan ekosistem. Di samping itu, dari gatra ekonomi akan lebih menghemat devisa negara untuk mengimpor pupuk, bahan kimia pertanian, serta memberi banyak kesempatan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan petani.
Pada prinsipnya, pertanian organik sejalan dengan pengembangan pertanian dengan masukan teknologi rendah (low-input technologi) dan upaya menuju pembangunan pertanian berkelanjutan. Kita mulai sadar tentang potensi teknologi, kerapuhan lingkungan, dan kemampuan budi daya manusia dalam merusak lingkungan. Suatu hal yang perlu dicatat bahwa ketersediaan sumber daya alam ada batasnya.
Menurut Harwood (1990) ada tiga kesepakatan yang harus dilaksanakan dalam pembangunan pertanian berkelanjutan, ialah: (i) produksi pertanian harus ditingkatkan tetapi efisien dalam pemanfaatan sumber daya, (ii) proses biologi harus dikontrol oleh sistem pertanian itu sendiri (bukan tergantung pada masukan yang berasal dari pertanian), dan (iii) daur hara dalam sistem pertanian harus lebih ditingkatkan dan bersifat lebih tertutup.
Category: Pertanin Organic
0 komentar