Standar Mutu Biji Kopi Berdasarkan Nilai Cacat
![]() |
01-2907-2008 |
Standar Nasional Indonesia (disingkat
SNI) adalah satu-satunya standar yang berlaku secara nasional di
Indonesia. SNI dirumuskan oleh Panitia Teknis dan ditetapkan oleh BSN.
Indonesia telah menerapkan standar mutu biji kopi berdasarkan sistim nilai cacat kopi sejak tahun 1990. Standar mutu kopi biji yang berlaku saat ini adalah SNI 01-2907-2008 Kopi Biji hasil dari beberapa kali revisi.
Syarat Mutu Secara Umum | |||
No | Kriteria | Satuan | Peryaratan |
1 | Serangga hidup | - | Tidak ada |
2 | Biji berbau busuk dan atau berbau kapang | - | Tidak ada |
3. | Kadar air | % fraksi massa | maks 12,5 |
4. | Kadar kotoran | % frkasi massa | maks 0,5 |
Syarat Mutu Khusus Kopi Arabika Berdasarkan Ukuran Biji | |||
Ukuran | Kriteria | Satuan | Peryaratan |
Besar | Tidak lolos ayakan berdiameter 6,5 mm (Sieve No. 16) | % fraksi massa | Maks lolos 5 |
Sedang | Lolos ayakan diameter 6,5 mm, tidak lolos ayakan berdiameter 6 mm (Sieve No. 15) |
% fraksi massa | Maks lolos 5 |
Kecil | Lolos ayakan diameter 6 mm, tidak lolos ayakan berdiameter 5 mm (Sieve No. 13) |
% fraksi massa | Maks lolos 5 |
Syarat mutu khusus kopi robusta pengolahan kering Berdasarkan ukuran biji | |||
Ukuran | Kriteria | Satuan | Peryaratan |
Besar | Tidak lolos ayakan berdiameter 6,5 mm (Sieve No. 16) |
% fraksi massa | Maks lolos 5 |
Sedang | Lolos ayakan diameter 6,5 mm, tidak lolos ayakan berdiameter 3,5 mm (Sieve No. 9) |
% fraksi massa | Maks lolos 5 |
Syarat mutu khusus kopi robusta pengolahan basah | |||
Ukuran | Kriteria | Satuan | Peryaratan |
Besar | Tidak lolos ayakan berdiameter 7,5 mm (Sieve No. 19) |
% fraksi massa | Maks lolos 5 |
Sedang | Lolos ayakan diameter 7,5 mm,tidak lolos ayakan berdiameter 6,5 mm (Sieve No. 16) |
% fraksi massa | Maks lolos 5 |
Kecil | Lolos ayakan diameter 6,5 mm, tidak lolos ayakan berdiameter 5,5 mm (Sieve No. 14) |
% fraksi massa | Maks lolos 5 |
Syarat mutu khusus kopi Peaberry dan kopi Polyembrio Berdasarkan jumlah keping biji | |||
Jenis | Kriteria | Satuan | Peryaratan |
Peaberry | Tanpa ketentuan lolos ayak | % fraksi massa | Maks lolos 5 |
Polyembrio | Tanpa ketentuan lolos ayak dan tidak masuk klasifikasi biji pecah |
% fraksi massa | Maks lolos 5 |
Syarat penggolongan mutu kopi robusta dan arabika Berdasarkan sistim nilai cacat | |
Mutu | Persyaratan |
Mutu 1 | Jumlah nilai cacat maksimum 11 |
Mutu 2 | Jumlah nilai cacat 12 sampai dengan 25 |
Mutu 3 | Jumlah nilai cacat 26 sampai dengan 44 |
Mutu 4a | Jumlah nilai cacat 45 sampai dengan 60 |
Mutu 4b | Jumlah nilai cacat 61 sampai dengan 80 |
Mutu 5 | Jumlah nilai cacat 81 sampai dengan 150 |
Mutu 6 | Jumlah nilai cacat 151 sampai dengan 225 |
Catatan : Untuk kopi arabika mutu 4 tidak dibagi menjadi sub mutu 4a dan 4b |
Penentuan besarnya nilai cacat biji kopi | ||
No | Jenis Cacat | Nilai Cacat |
1 | 1 (satu) biji hitam | 1 (satu) |
2 | 1 (satu) biji hitam sebagian | ½ (setengah) |
3 | 1 (satu) biji hitam pecah | ½ (setengah) |
4 | 1 (satu) kopi gelondong | 1 (satu) |
5 | 1 (satu) biji coklat | ¼ (seperempat) |
6 | 1 (satu) kulit kopi ukuran besar | 1 (satu) |
7 | 1 (satu) kulit kopi ukuran sedang | ½ (setengah) |
8 | 1 (satu) kulit kopi ukuran kecil | 1/5 (seperlima) |
9 | 1 (satu) biji berkulit tanduk | ½ (setengah) |
10 | 1 (satu) kulit tanduk ukuran besar | ½ (setengah) |
11 | 1 (satu) kulit tanduk ukuran sedang | 1/5 (seperlima) |
12 | 1 (satu) kulit tanduk ukuran kecil | 1/10 (sepersepuluh) |
13 | 1 (stau) biji pecah | 1/5 (seperlma) |
14 | 1 (satu) biji muda | 1/5 (seperlima) |
15 | 1 (satu) biji berlubang satu | 1/10 (sepersepuluh) |
16 | 1 (satu) biji berlubang lebih dari satu | 1/5 (seperlima) |
17 | 1 (satu) biji bertutul-tutul | 1/10 (sepersepuluh) |
18 | 1 (satu) ranting, tanah atau batu berukuran besar | 5 (lima) |
19 | 1 (satu) ranting, tanah atau batu berukuran sedang | 2 (dua) |
20 | 1 (satu) ranting, tanah atau batu berukuran kecil | 1 (satu) |
Keterangan : Jumlah nilai cacat dihitung dari contoh uji seberat 300 g. jika satu biji kopi mempunyai lebih dari satu nilai cacat,maka penentuan nilai cacat tersebut didasarkan pada bobot nilai cacat terbesar. |
0 komentar